Jumat, 22 November 2013

Tugas Etika Profesi Akuntansi 3



Tugas Etika Profesi Akuntansi
18 November 2013
Nama : Rully Andre
Kelas : 4EB18
NPM : 29210077

1.       Bagaimana budaya organisasi bisa mempengaruhi perilaku etis?
2.       Gambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis dan tidak etis!
3.       Faktor apakah yang mempengaruhi etika secara internasional!
4.       Jelaskan cara menggunakan proses seleksi karyawan untuk mendorong perilaku etis!


Jawaban

1.       Budaya organisasi merupakan nilai, anggapan, asumsi, sikap dan norma perilaku yang telah melembaga kemudian mewujud dalam penampilan, sikap dan tindakan, sehingga menjadi identitas dari organisasi tertentu.
Budaya organisasi sangatlah penting bagi spesialis HR dalam memahami konsep budaya organisasi. Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya  itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etis adalah perilaku yang sesuai dengan keyakinan individual dan norma social tentang tindakan yang benar dan baik.

Pentingnya budaya organisasi yaitu :

Budaya dipelajari dan  membantu manusia dalam usaha mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam masyarakat .
Ketika nilai dan kepercayaan dalam budaya berbeda, beberapa orang memiliki masalah penyesuaian. Jika hal ini tidak diantisipasi, maka akan menjadi penyebab kegagalan usaha dalam organisasi yang disebut “culture shock

Upaya Penciptaan Kultur Etis
Robbins  dan Judge (2008:262),  “yang dapat dilakukan pihak manajemen untuk menciptakan kultur yang  lebih etis.
  1. Jadilah model peran yang visibel. Perilaku  manajemen puncak dijadikan acuan  standar bagi para kayawan
  2. Komunikasikan harapan-harapan yang etis. Kode etik harus menyatakan nilai-nilai utama organisasi  dan berbagai aturan etis yang diharapkan untuk dipatuhi semua karyawan
  3. Berikan pelatihan etis, melalui seminar, lokakarya dsb. Secara berkala berikan penghargaan atas tindakan etis dan beri hukuman atas tindakan tidak etis.
  4. Berikan mekanisme perlindungan, sehingga karyawan dapat melaporkan  perilaku tidak etis tanpa rasa takut
Budaya = Perilaku. Budaya adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang mewakili norma operasi umum di lingkungan Anda. Budaya biasanya tidak didefinisikan sebagai baik atau buruk, meskipun aspek budaya Anda mungkin mendukung kemajuan dan kesuksesan dan aspek lain menghambat kemajuan anda
Sebuah norma akuntabilitas akan membantu membuat organisasi Anda sukses. Sebuah norma layanan pelanggan spektakuler akan menjual produk dan mengikutsertakan karyawan Anda. Menoleransi kinerja yang buruk atau menunjukkan kurangnya disiplin untuk memelihara proses dan sistem yang mapan akan menghambat kesuksesan Anda.
2.       1. Kebutuhan Individu
2. Tidak Ada Pedoman
3. Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
4. Lingkungan Yang Tidak Etis
5. Perilaku Dari Komunitas

3.       1. Integritas
2. Kejujuran
3. Tanggung Jawab
4. Obyektifitas
5. Perilaku Profesional

4.       Menciptakan budaya yang mendorong kayawan untuk melakukan hal yang benar adalah langkah kunci, meskipun itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Pengusaha harus melakukan beberapa langkah untuk memastikan perilaku etis oleh para karyawan mereka, dan banyak dari kegiatan ini masuk dalam area SDM.

1. Penyusunan Staf dan Seleksi
Cara paling sederhana untuk menjalankan mekanisme organisasi, menurut etika adalah dengan mempekerjakan orang-orang yang lebih etis. Meskipun demikian, penyaringan orang yang tidak diinginkan sebenarnya dapat dilakukan bahkan sebelum pelamar memasukkan surat lamaran, jika deparetemen SDM membuat material perekrutan yang membuat referensi yang eksplisit dengan menekankan integritas dan etika.
Proses seleksi tersebut juga memberikan tanda-tanda tentang apa nilai-nilai dan budaya perusahaan sebenarnya. Manajer dapat melakukan beberapa hal untuk memastikan bahwa orang lain juga menilai metode penilaian perusahaan sebagai sesuatu yang adil. Karyawan akan melihat prosedur resmi adalah adil jika mencakup criteria yang berkaitan dengan pekerjaan, memberikan kesempatan untuk menunjukkan kompetensi, memberikan cara untuk memperbaiki kesalahan, dan digunakan secara konsisten pada semua pelamar.

2. Pelatihan
Pelatihan etika umumnya berperan penting dalam membantu perusahaan untuk mengembangkan budaya etika dan keadilan. Pelatihan seperti ini biasanya termasuk menunjukkan pada karyawan bagaimana mengenali dilemma etika, bagaimana menggunakan fungsi-fungsi SDM secara etis. Masalahnya, penakanan pada mekanisme pemenuhan mungkin tidak cukup. Selain itu, pelatihan juga harus menekankan pada dukungan moral dari pilihan etika dan komitmen yang mendalam dari integritas dan etika. Keikutsertaan para manajer puncak menekankan komitmen tersebut.

3. Penilaian Kerja
Proses penilaian kerja perusahaan memberikan kesempatan lain untuk menekankan komitmennya terhadap etika dan keadilan. Pertama, penilaian menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya mengklaim bahwa mereka percaya dan melakukan standar etika yang tinggi, tapi juga benar-benar mengukur para karyawan yang mengikuti standar tersebut. Kedua, bagaimana para penyelidik melakukan penilaian adalah hal yang penting. Untuk dapat mengirimkan sinyal bahwa keadilan dan etika lebih penting dari apapun, standar-standar harus jelas, para karyawan harus paham sadar apa yang digunakan untuk menilai mereka, dan penilaian mereka harus dilakukan secara objektif dan adil.

4. System Penghargaan dan Pendisiplinan
Untuk mencpai perilaku sebagai fungsi dari konsekuensinya, adalah tanggung jawab perusahaan untuk memastikan bahwa perusahaan menghargai perilaku yang etis dan menghukum perilaku yang tidak etis.

5. Agresi dan Pelanggaran di Tempat Kerja
Karyawan yang memandang diri mereka sebagai dibayar di bawah standar dapat melakukan tindakan negative yang bervariasi mulai dari pencurian sampai pada pengerusakan terhadap barang-barang milik perusahaan. Banyak tindakan SDM dapat menimbulkan persepsi mengenai perlakuan tidak adil yang diterjemahkan menjadi perilaku yang tidak sesuai.

6. Aktivitas Etika SDM Lainnya
Komite etika perusahaan akan sering melibatkan para professional. Komite ini memastikan bahwa para pemimpin senior perusahaan terlibat dalam diskusi tentang masalah-masalah etika. Banyak pengusaha menggunakan system informasi untuk membantu mengelola program etika mereka.

Minggu, 27 Oktober 2013

Tulisan Etika Profesi Akuntansi

Tulisan Etika Profesi Akuntansi
22 Oktober 2013
Nama : Rully Andre
Kelas : 4EB18
NPM : 29210077

Skandal Etika di Bidang Akuntansi
TEMPO.COJakarta - Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menggelar sidang dakwaan atas terdakwa Budi Susanto. Budi merupakan Direktur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi. Ia ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap korupsi proyek simulator ujian surat izin mengemudi Korps Lalu Lintas Kepolisian RI.

"Harganya digelembungkan dan di-mark-up," kata jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa, 10 September 2013.

Jaksa mengatakan, ada tiga teknik dalam penggelembungan yang dilakukan Budi, yaitu komponen utuh dibuat harga terpisah, perincian komponen dihitung kembali sehingga terhitung sebanyak dua kali. Dan memasukkan harga bagian yang tak terpakai. Kemudian, ketiga, menaikkan harga setiap komponen menjadi lebih tinggi dari harga pasar.

Atas tindakan yang dilakukan oleh Direktur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi ini, diduga negara dirugikan hampir Rp 145 miliar atau setidaknya Rp 121,8 miliar. Karena tindakannya itu, Budi dijerat dengan dakwaan primer Pasal 2 ayat 1, jo Pasal 18 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 65 ayat 1 KUHP. Dan dakwaan subsider Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 65 ayat 1 KUHP.

Sidang tindak pidana korupsi diketuai oleh hakim Amin Ismanto. Sedangkan Budi Susanto dalam persidangan didampingi oleh kuasa hukumnya, Rufinus Hutauruk dan Junimart Girsang. Budi diduga menyuap tervonis 18 tahun penjara kasus simulator, Djoko Susilo, agar memenangkan tender pengadaan alat simulator. 

Analisis :
Dalam artikel “Tiga Modus Budi Susanto Mark-Up Harga Simulator” pada laman berita online Tempo.co pada Selasa, 10 September 2013, terdapat beberapa pelanggaran prinsip etika profesi akuntansi, diantaranya:
1. Perilaku Profesi
2. Tanggung Jawab Profesi
3. Profesionalisme
4. Pengutamaan Kepentingan
5. Integritas

Tugas Etika Profesi Akuntansi 2

Tugas Etika Profesi Akuntansi
22 Oktober 2013
Nama : Rully Andre
Kelas : 4EB18
NPM : 29210077

1. Jelaskan Faktor-faktor yang menentukan intensitas etika dari keputusan !
·         Kebutuhan Individu
Hal ini dimisalkan dengan orang yang mencari nafkah dengan cara yang tidak halal dengan alasan perekonomian yang tercekik
·         Tidak Ada Pedoman
Dimisalkan seperti seseorang yang berada dalam suatu area yang tidak jelas bagaimana peraturan ber-etikanya.
·         Perilaku dan Kebiasaan Individu
Dimisalkan seperti seorang anak yang sedari kecil terlalu dimanja, bahkan ketika berbuat salahpun tidak dimarahi dan tidak diberikan sanksi, pada akhirnya anak itu menjadi orang yang tidak ber-etika
·         Lingkungan Tidak Etis
Hampir sama dengan bagian “tidak ada pedoman” namun di tempat ini dicontohkan lebih ekstrim dimana justru lingkungan ini sama-sekali tidak memiliki peraturan ber-etika
·         Perilaku Orang yang Ditiru
Dimisalkan ada seseorang yang terlalu meniru seseorang entah itu idola ataupun orang yang berpengaruh, akan tetapi dalam penerapannya hal-hal buruk yang dilakukan orang tersebut juga ditiru
Sumber : http://duniaetikait.wordpress.com/2012/04/28/faktor-yang-mempengaruhi-pelanggaran-etika/

2. Jelaskan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang etis !
Menurut Profesor Larue Hosmer, sejumlah prinsip etika yang berbeda dapat digunakan untuk mengambil keputusan bisnis, antara lain: kepentingan pribadi jangka panjang, kebijakan pribadi, perintah agama, peraturan pemerintah, manfaat bersama, hak perorangan, pemerataan keadilan. Kesamaan yang dimiliki oleh prinsip-prinsip etika tersebut adalah bahwa prinsip itu mendorong manajer dan karyawan untuk mempertimbangkan kepentingan orang lain saat mengambil keputusan yang etis. Pada saat yang sama, prinsip-prinsip ini dapat menghasilkan tindakan etika yang sangat berbeda. Hal tersebut digambarkan dengan menggunakan prinsip-prinsip tersebut, untuk memutuskan apakah akan memberikan pension penuh kepada Joan Addessi dan anak-anaknya.
Sesuai prinsip kepentingan pribadi jangka panjang, anda tidak perlu melakukan tindakan apapun yang bukan menyangkut kepentingan jangka panjang anda atau organisasi anda. Seolah-olah prinsip kepentingan pribadi mendorong timbulnya rasa mementingkan diri sendiri, tetapi sebenarnya tidak demikian. Apa yang kita lakukan untuk memaksimalkan kepentingan jangka panjang kita seringkali sangat berbeda dengan apa yang kita lakukan untuk memaksimalkan kepentingan jangka pendek.
Prinsip kebijakan pribadi berkeyakinan bahwa anda tidak boleh melakukan sesuatu yang tidak jujur, tidak terbuka, tidak mulus dan yang anda tidak akan senang dilaporkan disurat kabar maupun televise.Prinsip perintah agama memandang bahwa anda jangan pernah melakukan tindakan yang tidak baik atau yang menyakiti perasaan masyarakat, seperti misalnya perasaan positif yang muncul karena kerja bersama untuk mencapai sasaran yang telah disepakati. Menurutprinsip peraturan pemerintah, hukum mewakili standar moral minimal dari masyarakat, karena itu anda tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Prinsip manfaat bersama menyatakan bahwa anda tidak boleh melakukan tindakan yang tidak menghasilkan kebaikan lebih besar bagi masyarakat. Singkatnya, anda harus melakukan sesuatu yang memberikan kebaikan terbesar dalam jumlah yang banyak. Prinsip hak perorangan meyakinkan bahwa anda tidak boleh melakukan perbuatan yang melanggar hak orang lain yang telah disepakati. Dan prinsip yang terakhir yaitu prinsip pemerataan keadilan menyatakan bahwa anda seharusnya tidak melakukan berbagai macam tindakan yang merugikan bagi kelompok terkecil diantara kita.
Sumber : http://mikailfirdaus.blogspot.com/2012/10/prinsip-pengambilan-keputusan-yang-etis.html

3. Jelaskan suap (bribery) merupakan suatu tindakan yang tidak etis dengan memberikan suatu contoh!
Suap(bribery) adalah tindakan yang tidak etis dimana niat yang menggerakkan seseorang untuk melakukan penyuapan sudah pasti untuk hal-hal yang menguntungkan satu pihak (si pelaku) dan merugikan banyak pihak (orang lain), hal ini tidak etis karena dapat menyebabkan terbengkalainya kepentingan orang lain yang mungkin lebih terdesak daripada kepentingan si penyuap, untuk contohnya sangat banyak, diantaranya penyuapan yang dilakukan oleh seorang pelaku criminal kepada penegak hukum agar dapat dibebaskan dari hukuman dimana si penyuap sekaligus si pelaku criminal tersebut mendapat hukuman akibat suatu tindakan yang dilakukan merugikan banyak pihak, lebih mendalam contoh ini dapat dilihat dari para pejabat negeri yang melakukan korupsi dan ketika sedang dalam proses hukum si pelaku korupsi ini melakukan penyuapan kepada polisi, jaksa, dan bahkan hakim, selain contoh tersebut penyuapan juga dapat terjadi di bidang pendidikan dimana orang tua murid melakukan penyuapan kepada seorang guru/dosen agar nilai si anak dimudahkan dan diberikan kelonggaran tugas untuk si anak, masih banyak sebenarnya contoh penyuapan lainnya yang terjadi di sekeliling kita selain dari dua yang dicontohkan
Sumber : pemikiran mahasiswa/penulis sendiri




Sabtu, 28 September 2013

Etika Profesi Akuntansi




Tugas Etika Profesi Akuntansi
24 September 2013
Nama : Rully Andre
Kelas : 4EB18
NPM : 29210077

1.      Apa yang dimaksud dengan etika?
Pengertian Etika ( Secara Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,
Yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
Dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
Bentuk jamaknya“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

2.      Bagaimana tahap perkembangan moral karakteristik individu dan variable structural mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
            Proses perkembangan moral ada 3 tahap yaitu: tahap pramoral, tahap konvensional dan tahap otonom. Selanjutnya Piaget melukiskan dan menggolongkan seluruh pemikiran moral anak seturut kerangka pemikiran Dewey: (1) tahap “pramoral”, anak belum menyadari ketertikatannya pada aturan; (2) tahap “konvensional”, dicirikan oleh ketaatan pada kekuasaan; (3) tahap “otonom”, bersifat keterikatan pada aturan yang didasarkan pada resiprositas. Berdasarkan pada penelitiannya, Lawrence Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap dalam seluruh proses berkembangnya pertimbangan moral anak dan orang muda. Keenam tipe ideal itu diperoleh dengan mengubah tiga tahap Piaget/Dewey dan menjadikannya tiga “tingkat” yang masing-masing dibagi lagi atas 2 “tahap”. ketiga “tingkat” itu adalah tingkat prakonvensional, konvensional dan pasca-konvensional.
Meski anak prakonvensional sering kali berperilaku “baik” dan tanggap terhadap label-label budaya mengenai baik dan buruk, namun ia menafsirkan semua label ini dari segi fisiknya (hukuman, ganjaran kebaikan) atau dari segi kekuatan fisik mereka yang mengadakan peraturan dan menyebut label tentang yang baik dan yang buruk. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang berusia empat hingga sepuluh tahun.
Tingkat kedua atau tingkat konvensional juga dapat digambarkan sebagai tingkat konformis, meskipun istilah itu mungkin terlalu sempit. Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa, dan dipandangnya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Individu tidak hanya berupaya menyesuaikan diri dengan tatanan sosialnya, tetapi juga untuk mempertahankan, mendukung dan membenarkan tatanan sosial itu.
Tingkat pasca-konvensional dicirikan oleh dorongan utama menuju ke prinsip-prinsip moral otonom, mandiri, yang memiliki validitas dan penerapan, terlepas dari otoritas kelompok-kelompok atau pribadi-pribadi yang memegangnya dan terlepas pula dari identifikasi si individu dengan pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok tersebut. Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu.
Tahap-tahap Moral
Pada tingkat prakonvensional kita menemukan:
Tahap I – Orientasi hukuman dan kepatuhan: Orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tak dipersoalkan terhadap kekuasan yang lebih tinggi. Akibat fisik tindakan, terlepas arti atau nilai manusiawinya, menentukan sifat baik dan sifat buruk dari tindakan ini.
Tahap 2 – Orientasi relativis-intrumental: Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara instrumental memuaskan kebutuhan individu sendiri dan kadang-kadang kebutuhan orang lain. Hubungan antarmanusia dipandang seperti hubungan di tempat umum. Terdapat unsur-unsur kewajaran, timbal-balik, dan persamaan pembagian, akan tetapi semuanya itu selalu ditafsirkan secara fisis pragmatis, timbal-balik adalah soal ”Jika anda menggaruk punggungku, nanti aku akan menggaruk punggungmu”, dan ini bukan soal kesetiaan, rasa terima kasih atau keadilan.
Pada tingkat konvensional kita menemukan:
Tahap 3 – Orientasi kesepakatan antara pribadi atau Orientasi ”Anak manis”: Orientasi ”anak manis”. Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau membantu orang lain, dan yang disetujui oleh mereka. Terdapat banyak konformitas dengan gambaran-gambaran stereotip mengenai apa yang diangap tingkah laku mayoritas atau tingkah laku yang ’wajar’. Perilaku kerap kali dinilai menurut niat, ungkapan ”ia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting dan digunakan secara berlebih-lebihan. Orang mencari persetujuan dengan berperilaku ”baik”.
Tahap 4 – Orientasi hukum dan ketertiban: Orientasi kepada otoritas, peraturan yang pasti dan pemeliharaan tata aturan sosial. Perbuatan yang benar adalah menjalankan tugas, memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas, dan pemeliharaan tata aturan sosial tertentu demi tata aturan itu sendiri. Orang mendapatan rasa hormat dengan berperilaku menurut kewajibannya.
Pada tingkat pasca-konvensional kita melihat:
Tahap 5 – Orientasi kontrak sosial legalistis: Suatu orientasi kontrak sosial, umumnya bernada dasar legalistis dan utilitarian. Perbuatan yang benar cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama dan ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat suatu kesedaran yang jelas mengenai relativisme nilai-nilai dan pendapat-pedapat pribadi serta suatu tekanan pada prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan. terlepas dari apa yang disepakati secara konstitusional dan demokratis, yang benar dan yang salah merupakan soal ”nilai” dan ”pendapat” pribadi. hasilnya adalah suatu tekanan atas ”sudut pandangan legal”, tetapi dengan menggarisbawahi kemungkinan perubahan hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai kegunaan sodial dan bukan membuatnya beku dalam kerangka ”hukum dan ketertiban” seperti pada gaya tahap 4. Di luar bidang legal, persetujuan dan kontrak bebas merupakan unsur-unsur pengikat unsur-unsur kewajiban. Inilah moralitas ”resmi” pemerintahan Amerika Serikat dan mendapatkan dasar alasannya dalam pemikiran para penyusun Undang-Undang.
Tahap 6 – Orientasi Prinsip Etika Universal: Orientasi pada keputusan suara hati dan pada prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri, yang mengacu pada pemaham logis, menyeluruh, universalitas dan konsistensi. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis (kaidah emas, kategoris imperatif). Prinsip-prinsip itu adalah prinsip-prinsip universal mengenai keadilan, timbal-balik, dan persamaan hak asasi manusia, serta rasa hormat terhadap martabat manusia sebai person individual.
Pengertian karakteristik individu adalah perbedaan individu dengan individu lainnya. Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Berikut ini beberapa pendapat mengenai pengertian karakteristik individu:
  • Mathiue & Zajac, (1990) menyatakan bahwa: Karakteristik personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian. 
  • Robbins (2006) menyatakan bahwa: Faktor-faktor yang mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dalam organisasi 
  • Siagian (2008) menyatakan bahwa, Karakteristik biografikal (individu) dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa kerja. 
  • Menurut Morrow menyatakan bahwa, komitmen organisasi dipengaruhi oleh karakter personal (individu) yang mencakup usia, masa kerja, pendidikan dan jenis kelamin (Prayitno, 2005).
Dari pendapat Robbins dan Siagian di atas yang membentuk karakteristik individu dalam organisasi meliputi: usia, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, dan jumlah tanggungan.
Variabel struktural adalah suatu struktur yang mengikat sesuatu/seseorang dengan suatu struktur itu sendiri, dimana seseorang/sesuatu tersebut terlibat didalamnya, misalnya seperti seorang manager yang bekerja di suatu perusahaan, dimana seorang manager tersebut sudah pasti terikat dengan orang-orang di struktur organisasi tempat ia bekerja tersebut.
Bagaimana ketiga hal tersebut mempengaruhi seorang manager jelas terlihat dari deskripsi diatas dimana tahap moral bermain penting sebagai basic dari perilaku manager tersebut yang selanjutnya di tambahkan oleh adanya karakteristik individu yang akan menjadi bahan essential dari perilaku manager tersebut, dan kemudian akan semakin terlihat perilaku manager tersebut dimana ia terikat dengan sebuah variable structural, apabila semua hal kearah yang positif tentunya perilaku manager yang bersangkutan akan etis dan senantiasa menjunjung tinggi moralitas
          Pemikiran Pribadi

3.      Apa kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya?
kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam  norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam  kategori norma hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional
Cara meningkatkan keefektifannya adalah dengan menerapkan sanksi yang tegas dan bukan hanya teguran belaka untuk para pelanggarnya, karena jika tidak diberlakukan sanksi yang tegas maka akan banyak pelanggar dari kode etik bahkan  untuk kode etik yang terlihat paling kompatibel untuk lingkungan tempat kode etik tersebut diberlakukan
                Pemikiran Sendiri

4.      Bagaimana Manager mengambil keputusan yang etis?
Dalam mengambil keputusan seorang manager hendaknya memperhitungkan segala sesuatunya dengan matang, karena sudah sangat jelas setiap keputusan yang di ambil oleh seorang manager akan mempengaruhi banyak hal dalam sebuah perusahaan, keputusan yang etis untuk diambil oleh seorang manager adalah keputusan yang tidak memihak pada suatu pihak, memiliki manfaat yang berpengaruh bagi perusahaan, dan yang terpenting sesuaikan keputusan dengan peraturan dan norma yang beredar di masyarakat.
Sumber : Pemikiran Sendiri

5.      Jelaskan faktor-faktor yang menentukan intensitas etika!
·         Kebutuhan Individu
Hal ini dimisalkan dengan orang yang mencari nafkah dengan cara yang tidak halal dengan alasan perekonomian yang tercekik
·         Tidak Ada Pedoman
Dimisalkan seperti seseorang yang berada dalam suatu area yang tidak jelas bagaimana peraturan ber-etikanya.
·         Perilaku dan Kebiasaan Individu
Dimisalkan seperti seorang anak yang sedari kecil terlalu dimanja, bahkan ketika berbuat salahpun tidak dimarahi dan tidak diberikan sanksi, pada akhirnya anak itu menjadi orang yang tidak ber-etika

·         Lingkungan Tidak Etis
Hampir sama dengan bagian “tidak ada pedoman” namun di tempat ini dicontohkan lebih ekstrim dimana justru lingkungan ini sama-sekali tidak memiliki peraturan ber-etika
·         Perilaku Orang yang Ditiru
Dimisalkan ada seseorang yang terlalu meniru seseorang entah itu idola ataupun orang yang berpengaruh, akan tetapi dalam penerapannya hal-hal buruk yang dilakukan orang tersebut juga ditiru
Sumber : http://duniaetikait.wordpress.com/2012/04/28/faktor-yang-mempengaruhi-pelanggaran-etika/