Stabilitas perekonomian adalah prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Perekonomian yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi bagi perekonomian dan masyarakat. Ketidakstabilan akan menyulitkan masyarakat, baik swasta maupun rumah tangga, untuk menyusun rencana untuk investasi.Oleh karena itu saya akan membahas tentang perekonomian indonesia dan stabilitasnya di bawah pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.
Perekonomian Indonesia masa 2004-2009
Pada tahun 2004 beliau baru menjabat dan menerima kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan yang banyak bermasalah, akan tetapi beliau berjanji akan mengubah kondisi perekenomian indonesia ke arah yang lebih baik, namun kenyataannya anda bisa lihat di bawah berikut ini:
1. Pertumbuhan Ekonomi 2004-2009 (Turun)
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat, pemerintah SBY-JK selama 4.5 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa (inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal mensejahterakan rakyat.
Pertumbuhan | Janji Target | Realisasi | Keterangan |
2004 | ND | 5.10% | |
2005 | 5.50% | 5.60% | Tercapai |
2006 | 6.10% | 5.50% | Tidak tercapai |
2007 | 6.70% | 6.30% | Tidak tercapai |
2008 | 7.20% | 6.20% | Tidak tercapai |
2009 | 7.60% | ~5.0% | Tidak tercapai * |
Janji Target Pertumbuhan Ekonomi : RPM 2004-2009
Realisasi Pertumbuhan Ekonomi : BPS RI – GDP
Realisasi Pertumbuhan Ekonomi : BPS RI – GDP
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2005 janji presiden dapat terpenuhi akan tetapi, apakah satu tahun berhasil dapat mewakili tahun-tahun lainnya? jawabannya tentu tidak karena secara keseluruhan tidak tercapainya angka pertumbuhan ekonomi di atas 6.6% menyebabkan program pengentasan kemiskinan dan pengangguran tidak dapat dicapai oleh pemerintah sesuai dengan janji dan targetnya. Padahal, strategi utama pembangunan ekonomi untuk mengentas kemiskinan dan pengangguran adalah mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berdimensi pemerataan melalui penciptaan lingkungan usaha yang sehat. Sehingga, jumlah masyarakat yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya nyaris tidak berkurang.
2. Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)
Inflasi adalah kemerosotan nilai uang yang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. secara umum dan massive Semakin tinggi tingkat inflasi, maka harga barang dan jasa akan semakin mahal. Semakin mahal harga barang dan jasa, berarti semakin sulit masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil secara makro ekonomi jika tingkat inflasi setidaknya sama atau dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan faktanya adalah inflasi selama 4 tahun 2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Inflasi | Janji Target | Fakta | Catatan Pencapaian |
2004 | 6.40% | ||
2005 | 7.00% | 17.10% | Tidak Tercapai |
2006 | 5.50% | 6.60% | Tidak Tercapai |
2007 | 5.00% | 6.60% | Tidak Tercapai |
2008 | 4.00% | 11.00% | Tidak Tercapai |
Selama 4 tahun pemerintahan jika kita lihat dari data di atas, Pemerintahan SBY-JK setiap tahun gagal memenuhi janji untuk mengendalikan harga barang dan jasa atau bisa kita sebut mengendalikan dan menekan inflasi. SBY berjanji bahwa inflasi rata-rata adalah 5.4% (2004-2009) . Fakta yang terjadi adalah tingkat inflasi melambung dengan tingkat inflasi rata-rata 10.3% selama periode 2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari target semula. Seperti yang saya tulis di atas, hal ini membuat Janji presiden menekan dan mengendalikan angka inflasi tidak terpenuhi (gagal).
3. Keadaan Kurs Rupiah
Keadaan kurs Rupiah 2004-2009 (rata-rata)
Kurs Rupiah | 2004 | 2009 | Kondisi |
Dollar US | 9,078 | 10,146 | Melemah 12% |
Ringgit Malaysia | 2,388 | 2,908 | Melemah 22% |
Dolar Singapura | 5,448 | 7,027 | Melemah 29% |
Peso Filipina | 161 | 214 | Melemah 33% |
Baht Thailand | 221 | 297 | Melemah 34% |
Keadaan kurs USD thd ASEAN
Kurs Dollar US | 2004 | 2009 | Kondisi |
Rupiah | 9,078 | 10,146 | Menguat 12% |
Ringgit Malaysia | 3,8 | 3,5 | Melemah 8% |
Dolar Singapura | 1,7 | 1,4 | Melemah 14% |
Peso Filipina | 56,4 | 47,5 | Melemah 16% |
Baht Thailand | 41,1 | 34,9 | Melemah 15% |
Referensi : Kurs per Juni 2009 Fiskal Depkeu dan kurs rupiah diatas rata-rata pada tahun 2004 (Rp 8928 per dolar).
Salah satu paramater perekonomian adalah kestabilan nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang dunia. Dari data kurs rupiah terhadap sejumlah mata uang diatas, terlihat bahwa selama 4 tahun, pemerintah SBY-JK gagal mempertahankan nilai kurs rupiah, bahkan dalam kawasan ASEAN, nilai tukar rupiah merosot lebih 30%. Hal ini berbeda dengan pencapaian kurs mata uang Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Ditengah merosotnya kurs rupiah, Malaysia mampu menguatkan kursnya lebih 8%, Filipina 16%, Thailand 15%, dan Singapura 14%. Jelas sudah, kekuatan aspek ekonomi kita cenderung menurun dibanding negara ASEAN.
4. Angka Pengangguran Terbuka dan Penduduk Miskin
Susilo Bambang Yudhoyono, sempat memberikan janji pada kampanyenya mengenai masalah pengangguran terbuka dan penduduk miskin yang tertuang pada RPJM, yaitu sebagai berikut : Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target berkurangnya persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran terbuka dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.
Lalu kita bandingkan dengan data Tenaga Kerja oleh BPS :
Tahun | Persen Pengangguran |
2003 | 9.5% |
2004 | 9.9% |
2005 | 11.2% |
2006 | 10.3% |
2007 | 9.1% |
2008 | 8.4% |
2009 | 5.1% ??? |
Pemerintah menargetkan rata-rata angka pengangguran turun sekitar 0,7%-0.8% per tahun. Namun, dari tabel di atas, kita bisa lihat justru terjadi kenaikan angka pengangguran 0,4% dan 1,3% pada 2004 & 2005 , memang pada dua tahun berikutnya yaitu 2006 & 2007 angka pengangguran menurun 0,9% & 1,2 %, akhirnya hingga tahun 2008 angka pengganguran hanya turun mencapai 8.4% masih sangat jauh dari target yaitu 5,1%. Janji-janji “angin surga” pada tahun 2004 hanyalah isapan jempol. Bagaimana tidak, hingga akhir tahun 2008 angka pengangguran terbuka mencapai 9.3 juta jiwa. Sebanyak 590.000 lulusan perguruan tinggi tidak memiliki pekerjaan, 360.000 lulusan diploma menganggur, 3.8 juta lulusan SMA hanya menghabiskan hari-hari dengan melihat lowongan pekerjaan. Belum lagi 1.97 juta lulusan SMP dan 2.1 juta lulusan SD.
Mengenai penduduk miskin dapat kita lihat datanya pada tabel dibawah:
Penduduk Miskin | Jumlah | Persentase | Catatan |
2004 | 36.1 juta | 16.60% | |
2005 | 35.1 juta | 16.00% | Februari 2005 |
2006 | 39.3 juta | 17.80% | Maret 2006 |
2007 | 37.2 juta | 16.60% | Maret 2007 |
2008 | 35.0 juta | 15.40% | Maret 2008 |
2009 | 8.2% ???? |
Janji Menurunkan Angka Kemiskinan : RPM 2004-2009
Fakta Angka Kemiskinan : BPS 2008
Jika kita lihat dari Janji Presiden dan membandingkannya dengan angka penduduk miskin sesuai data maka dapat kita katakan Presiden kita kembali gagal memenuhi janjinya, bagaimana tidak, angka penduduk miskin saja masih sangat tinggi dan bahkan sangat jauh dari janji presiden, memang pada tahun 2005 angka penduduk miskin turun sampai 0,60%, akan tetapi pada tahun 2006 angka tersebut kembali melonjak ke nilai 17,80% atau naik 1,80%, pada tahun 2007 angka kembali ke 16,60% , dan pada akhir tahun 2008 angka penduduk miskin hanya turun 1,20% sampai 15,40%, masih sangat jauh bukan dari janji presiden yaitu 8,20%